Sekolah Penerus Bangsa
merupakan suatu program yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ditiap tahunnya. Program ini ditargetkan
khususnya untuk para mahasiswa baru maupun mahasiswa lama sebagai tempat untuk
mengasah jiwa nasionalisnya, meningkatkan kemampuan softskill dan sebagainya. Berhubung
saya adalah mahasiswa baru yang ingin aktif dan masih penasaran tentang hal-hal
baru di dunia perkuliahan, saya memutuskan untuk mengikuti acara tersebut.
Singkat cerita, dari
kurang lebih 1000 pendaftar, hanya 200 orang beruntung yang diterima menjadi
siswa Sekolah Penerus Bangsa atau yang biasa disingkat SPB 2016, termasuk saya
salah satunya. Berhubung artikel ini merupakan pemenuhan tugas selepas acara
Grand Opening yang dilaksanakan tanggal 16-18 September 2016, mari kita mulai
langsung ke topiknya.
Grand
Opening Sekolah Penerus Bangsa 2016
Lokasi: Korem
Warastratama 074, Jl. Slamet Riyadi, Kerten, Laweyan, Kota
Surakarta, Jawa Tengah 57143, Indonesia.
Berbicara tentang hal
yang saya dapatkan selama 3 hari 2 malam di Grand Opening Sekolah Penerus
Bangsa, tentu banyak sekali. Dari bertemu dan bertegur sapa dengan teman-teman
baru, mengikuti materi yang disampaikan oleh kakak-kakak yang penuh inspiratif,
makan bersama, games seru, senam, lari pagi, sampai turun langsung ke pasar.
Dalam penyampaian
materi, ada beberapa hal yang saya ringkas, antara lain:
§ Di
materi pertama tentang Mengenal Diri, saya menyimpulkan hal yang dapat saya
ambil adalah tentang betapa perlu dan pentingnya kita memahami diri kita
sendiri, sebagai apa kita, untuk apa kita, dan apa yang kita bisa lakukan untuk
Indonesia. Dalam mewujudkan hal yang akan dilakukan untuk menjadi the real “generasi penerus bangsa”, kami
diajarkan untuk tidak lagi berpikir secara konseptual, yang cakupannya sangat
besar dan luas. Tapi disini kami dituntut harus memberikan bukti-bukti konkrit
untuk perubahan, walaupun lingkupnya kecil. Contohnya seperti saya konsisten
untuk tidak telat dalam setiap acara.
§ Materi
kedua berjudul Peran Mahasiswa. Materi ini tentunya membahas tentang
peran-peran yang harusnya dilakukan oleh mahasiswa. Ada 4 poin penting dalam
materi ini:
1.
Mahasiswa sebagai agent of change
Sebagi
mahasiswa, kita tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan juga menjadi
pelaku dari perubahan tersebut. Mahasiswa diharapkan mampu berpikir untuk
melakukan perubahan kearah positif dengan tidak menghilangkan jati diri kita
sebagai mahasiswa dan Bangsa Indonesia. Namun untuk mengubah sebuah negara, hal
utama yang harus dirubah terlebih dahulu adalah diri sendiri. Untuk itu kita
harus mulai perubahan-perubahan kecil dalam diri kita.
2.
Mahasiswa sebagai iron stock
Maksudnya
disini, mahasiswa mmerupakan seoarang calon pemimpin masa depan yang akan menggantikan
generasi yang ada dengan kemampuan yang ia miliki. Pengembangan softkill,
kreativitas dan inovasi diperlukan dalam hal ini.
3.
Mahasiswa sebagai social control
Disini
mahasiswa seharusnya menumbuhkan jiwa sosial yang peduli terhadap masyarakat,
karena kita sendiri merupakan bagian dari masyarakat. Kepedulian tersebut tidak
hanya diwujudkan dengan semacam aksi atau demo saja. Melainkan dari
pemikiran-pemikiran cemerlang, diskusi, dan sebagainya.
4.
Mahasiswa sebagai moral force
Dalam
kehidupannya, mahasiswa dituntut untuk dapat memberikan contoh atau teladan
yang baik bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan mahasiswa adalah bagian dari
masyarakat sebagai kaum “terpelajar”. Maka dari itu, peran moral force sangat
dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar memiliki tujuan
untuk menjadikan negara ini lebih baik.
§ Selanjutnya
untuk materi ketiga yaitu tentang Menulis.
Bukan
menulis sesederhana yang dipikirkan. Dalam materi ini kami belajar bagaimana
menulis tulisan yang baik, sesuai dengan standar etika penulisan.
Intinya, acara Grand
Opening SPB 2016 seru! Saya senang sekaligus bangga bisa berada disini. Berada
di hadapan teman-teman hebat seperti mereka, saya merasa seperti orang yang
serba kekurangan. Kekurangan ilmu, kekurangan keberanian, bahkan mungkin
kekurangan semangat. Tapi dari kekurangan kekurangan itulah saya belajar untuk
menyempurnakannya di sekolah ini.
Salam generasi penerus
merah putih!